milky way gardu pandang selo

Gunung Merapi diam berbalutkan kerlip bintang. Sesekali lintasan cahaya terlintas membelah langit. Garis putih memanjang hampir tegak lurus dengan siluet Gunung Merapi, membentang bagai tiang menjaga angkasa. Beruntung tidak tertutup kabut, yang biasanya muncul ketika kami hunting di daerah pegunungan. Cahaya lampu kendaraan melintas menerangi pepohonan, menampilkan detail dan siluet, dan kemudian kembali gelap ketika kendaraan melewati belokan dan menghilang. Dengan dua kamera yang masing-masing terpasang di tripod, saya mencoba menikmati pemandangan malam bertabur bintang sembari sesekali tangan bergerak menekan kabel shutter release ketika bunyi cekrek pertanda kamera berhenti beroperasi terdengar. Rasanya sudah lama saya tidak lagi berjumpa dengan malam ribuan belakangan ini. Pandemi yang belum juga ada tanda-tanda selesai membuat saya lebih banyak menyibukan waktu di dalam ruangan. Tapi niat untuk kembali menikmati malam bertemankan hawa pegunungan tampaknya membuat saya sore ini berada di sini, berteman kamera dan bintang.

Sudah lama tidak melintasi jalur alternatif menuju Magelang yang diapit gunung Merbabu dan Merapi ini, jadi rada pangling. Sekarang banyak tempat makan dan nongkrong yang berdiri di kiri kanan jalan. Pun beberapa homestay dan penginapan sekarang banyak tersedia di beberapa kampung wisata. Tempat yang dulunya kebun sekarang diratakan dan beberapa mulai berdiri pondasi. Kafe dengan pemandangan indah Gunung Merbabu dan Merapi juga bisa dengan mudah didapat. Nongkrong dengan segelas kopi hangat berlatar belakang pemandangan indah pun bakalan banyak ditemui di media sosial. Jadi ingat dulu pernah beberapa kali melewati jalan ini dengan seseorang yang pernah lama dikejar, tapi ternyata belum berjodoh.

Drone loss sinyal

Sinar senja mulai terlihat meredup di antara pepohonan ketika sepeda motor saya melewati jalan berliku. Hawa dingin pegunungan mulai terasa, membuat saya mulai menarik resleting jaket hingga ke leher. Sesekali mata sedikit memicing ketika sinar mentari menyambar kacamata sehingga memedar membutakan pandangan. Begitu mentari terlihat semakin mendekati kaki langit, saya membelokan kendaraan menuju jalan ke kampung, dan drone mavic air tak lama kemudian sudah mulai terbang untuk mendokumentasikan pemadangan matahari terbenam.

Tapi entah kenapa, belakangan ini Drone DJI Mavic air saya mulai sering rewel. Dari mulai koneksi yang sering hilang muncul, sinyal gambar yang sering ngeblank dan kemarin beberapa kali bahkan peringatan Return to Home (RTH) muncul karena sinyal bermasalah. Padahal baru terbang sekitar 150 meter dan ketinggian sekitar 30 meter. Ada yang punya pengalaman yang sama dengan DJI Mavic air yang rewel seperti ini juga ? Jadi rada ndak pede sih kalau nerbangin drone koneksi hilang-hilang begini.

Karena semakin ndak jelas, drone saya pulangkan kembali. Ndak banyak yang bisa saya ambil dengan kondisi sinyal blank begini. Rugi deh, padahal matahari terbenam di antara Siluet gunung Merapi dan Merbabu.

Senja Sebentar Lagi Tiba

Motor kembali saya geber melintasi jalan menyusuri pegunungan. Tujuan saya kali ini adalah salah satu lokasi yang berada di kelokan. Kalau dari google sih lokasinya cukup terbuka dengan pemandangan langsung tanpa halangan ke Gunung Merapi. Sebelum berangkat saya juga sempat cek di aplikasi Stellarium dan google earth untuk memastikan lokasi munculnya milky way. Sebenarnya lokasinya kurang tepat sih, karena milky way kondisi awal September ini sudah mulai tegak lurus setelah mentari terbenam. Dan akan bergerak turun ke arah barat daya. Lokasi paling tepat sebenarnya malah sebelum Selo, dimana Merapi akan berada di posisi barat daya, sehingga milky way akan muncul tepat di atas puncak Merapi.

sinar senja dan merapi
sinar senja dan merapi

Sempat berhenti sebentar di pinggir jalan ketika melihat sinar senja menerpa punggungan gunung Merapi. Beberapa kali asap terlihat mengepul dari kawah Merapi.

Begitu tiba di lokasi, ternyata lokasinya baru direnovasi, baru berdiri tempat parkir dan juga penanda yang digunakan untuk berswa foto. Saya mencari sekeliling melihat apakah ada foreground yang menarik untuk dijadikan obyek. Tapi sepertinya kegagahan punggungan merapi sudah cukup tanpa perlu ditambahi foreground lagi sih. Apalagi gelap sebentar lagi tiba sehingga bakalan agak repot untuk mencari tempat yang sesuai. Jadi saya putuskan lokasi di tanah datar yang mungkin digunakan untuk mendirikan tenda. Pemandangan di depan mata rimbunan pepohonan, beberapa kampung dan langsung punggungan Merapi.

Peralatan Lengkap

Saya sengaja membawa peralatan yang cukup lengkap untuk hunting kali ini. Dua bodi kamera, Canon 6D dan Canon EOS R, lensa canon 24-105 f/4, canon 70-200 f/4, samyang 14mm f/2.8 dan sigma 35 f/1.4. Tracker Sky Adventure yang biasa dijuluki transformer sama teman-teman juga sengaja saya bawa. Selain itu dua tripod, pano head dan juga beberapa asesoris pendukung, seperti kabel rilis dan dew heater. Sebelum berangkat saya sempat mengecek intervalometer pixel TC-252 untuk digabung dengan EOS R. tapi entah kenapa begitu dicoba selalu gagal. Karena tidak cukup waktu jadi saya tinggal di rumah dan menggunakan wireless remote yungnuo RF603C II yang juga bisa digunakan untuk remote kabel ke kamera EOS R. Tapi repotnya tidak bisa digunakan untuk intervalometer dan continues shooting, jadi harus manual dipencet setiap kali memotret. Sedangkan canon 6D sudah tidak perlu ribet-ribet lagi menggunakan intervalometer tambahan, karena di magic lantern salah satu fasilitas yang sangat membantu adalah intervalometer dan juga bisa digunakan untuk pemotretan bulb yang lebih dari 30 detik.

Salah satu kendala ketika ingin memotret milky way dengan peralatan segabreg gini ini adalah kadang lokasinya yang masih harus dijangkau dengan berjalan kaki cukup jauh. Apalagi kalau bicara memotret milky way pas naik gunung.. Yang ada trackernya selalu saya tinggal di rumah. Beruntung kali ini dari lokasi parkir kendaraan cuma berjalan beberapa meter jadi ndak perlu pakai ribet dua kamera sudah berdiri dengan gagah di atas tripod.

canon 6D + sky tracker
canon 6D + sky tracker

Star Tracker

Di sisi kiri, Canon 6D dengan Lensa Samyang 14mm sudah bertengger di atas tracker. Pemasangan tracker sendiri kalau ingin presisi sebenarnya ribet. Apalagi kalau ingin mendapatkan tingkat presisi yang tinggi untuk pemotretan deep sky obyek dengan lensa tele. Tapi karena kali ini rencana saya cuma menggunakan untuk lensa wide dengan waktu pendek, jadi saya cuma mengatur posisi tracker menghadap arah selatan kompas dan dalam kondisi rata. Pengecekan awal dengan waktu dua menit masih cukup oke, bintang terlihat bergeser tapi masih bisa ditolerir kalau untuk sekedar foto yang tidak untuk dicetak besar.

bentangan milky way
bentangan milky way di atas merapi

Keunggulan memotret milky way dengan menggunakan tracker adalah kita bisa menggunakan kecepatan yang lebih lama dari biasanya. Kalau tanpa menggunakan tracker dengan kecepatan 30 detik di lensa samyang 14 mm ini bintang sudah terlihat bergeser. Tapi dengan tracker yang dipasang tidak terlalu presisi saya masih bisa mendapatkan kecepatan dua menit dengan bintang yang bergeser tipis. Selain itu kita juga bisa menggunakan lensa lensa normal dengan bukaan f/4 ke atas. Kalau tanpa tracker kita harus menggunakan lensa dengan bukaan tinggi supaya kecepatan untuk mendapatkan eksposure yang sesuai bisa lebih cepat. Dan satu lagi adalah kita bisa menggunakan lensa tele untuk mendapatkan foto-foto galaksi dan benda benda langit seperti nebula.

Eos R + pano head
Eos R + pano head

Di sisi satunya, Eos R dengan lensa sigma 35mm juga tidak lama kemudian sudah mulai beroperasi. Sengaja saya pasang di atas pano head supaya bisa digunakan untuk mendapatkan foto milky way dengan latar belakang gunung Merapi yang lebih lebar. Sebenarnya tanpa pano head juga kita bisa mendapatkan foto lebar bentangan milky way dengan lensa normal. Kuncinya cuma memotret beberapa frame dan tidak lupa memasukan kurang lebih 25% bagian sebelumnya, sehingga nanti ketika diproses stiching nya (penyambungan gambar) akan lebih mudah.

milky way - merapi
milky way – merapi

Kalau dengan pano head keuntungannya selain foto pano, bisa juga digunakan untuk pembuatan panorama 360. Tapi kali ini saya cuma ingin memotret Merapi dengan Bentangan milky way yang tegak lurus di sampingnya sih. Soalnya kalau dibikin panorama 360 di belakang saya banyak lampu jadi bakalan over exposure. Lain kali kalau dapat lokasi lebih gelap mungkin mencoba membuat panorama 360 bentangan milky way lagi.

merapi membara
merapi membara

Foto Panorama 360 Milky Way Gardu Pandang Selo

Loading...

Foto merupakan panorama 360, silakan diputar ke kiri kanan atas bawah untuk melihat sekeliling.


Waktu berjalan cepat, terutama ketika kita melakukan aktivitas yang kita sukai. 3 jam tidak berasa berlalu cepat. Dua coklat dan satu botol kopi sudah ludes saya habiskan satu jam yang lalu. Beruntung saya membawa jaket dua sehingga tidak terlalu dingin. Tapi begitu di sebelah kanan saya gumpalan putih bergerak cepat, saya putuskan untuk segera mengemasi peralatan. Target saya memang jam 10 malam pulang kembali, karena setelah itu milky way akan semakin condong ke horizon sehingga semakin pudar kalah saing dengan cahaya lampu.

Sebelum pulang, saya mampir sebentar di dekat jembatan selepas pasar Selo. Mengambil beberapa frame, tapi kurang bagus karena polusi cahaya lampu. Selain itu kabut juga sering datang pergi. jadi saya putuskan kembali menyusuri jalan berkelok pulang menuju rumah membawa beberapa frame foto milky way.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *